Asa Anak ‘nDeso’
IA dilahirkan di wilayah Bojonegoro tanggal 09 September 1982. Ia adalah putra pasangan keluarga petani, Ngadimin dan Santi. Masa kecil hingga remaja dihabiskan di sebuah dusun yang sangat terpencil di Desa Bareng Kecamatan Ngasem. Ditambah lagi, semasa itu belum ada aliran listrik.
Pendidikan dasar di tempuhnya di SDN Bareng III yang merupakan SD baru berdiri pada dusun yang ditinggalinya. Pendidikan SD ia selesaikan pada tahun 1995. Kemudian melanjutkan ke jenjang SMP di SLPTN 1 Kalitidu, lulus tahun 1998 dan pendidikan jenjang SMA ditempuh dari tahun 1998 hingga tahun 2001 di SMUN 1 Kalitidu.
Sewaktu SMA ia aktif di OSIS sebagai ketua seksi ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tidak hanya itu ia juga aktif di kegiatan pramuka dan tercatat sebagai Pradana pada tahun 2000. Di masa-masa “sweet seventeen” ini juga pernah mengikuti olimpiade kimia tingkat nasional di Surabaya. Sebuah prestasi yang mungkin layak diapresiasi mengingat hanya ‘anak ndeso’.
Sebagai seorang anak petani butuh perjuangan yang berat untuk mengenyam pendidikan tinggi. Akan tetapi, berkat semangat dan daya juang yang tak kenal lelah akhirnya ia bisa memasuki jurusan Pendidikan Matematika di Universitas Negeri Surabaya. Ia memasuki jurusan tersebut lewat jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) setara SBMPTN saat ini.
Semasa kuliah ia lalui dengan suka dan duka. Apabila dihitung mungkin banyak dukanya. Salah satu yang masih teringat selalu adalah pada semester kedua harus mengajukan cuti kuliah karena keterbatasan biaya. Tak ayal, ia segera menyelesaikan administrasi untuk mengurus cuti kuliah. Tetapi menjelang surat cuti keluar, pertolongan dari Allah tiba-tiba datang melalui teman-teman satu angkatan yang rela “patungan” untuk melunasi biaya semester 2.
Cerita duka yang tak kalah miris adalah sebagai menjadi guru ngaji di sebuah yayasan di Wonokromo. Setelah beberapa bulan ‘mengabdi’ karena jumlah siswa yang terus berkurang maka tibalah masanya pengurangan tenaga pengajar. Alhasil, surat pemberhentian diberikan.
Rasanya kurang manis kalau tanpa diberikan cerita bahagia. Cerita bahagia ketika mengikuti lomba (musabaqoh) tilawatil qur’an cabang hafalan. Ia berhasil menjadi yang terbaik kategori satu juz. Dan lewat itulah ia berhak mewakili kampus UNESA untuk mengikuti MTQ Mahasiswa tingkat Nasional di Universitas Tanjungpura, Pontianak Kalimantan Barat pada tahun 2004. Cita-cita naik pesawat semenjak kecil yang ia idam-idamkan akhirnya kesampaian lewat lomba tersebut.
Takterasa setelah melewati 9 semester di UNESA, akhirnya tepat pada 12 April 2006, dia secara resmi di wisuda. Ia berhak mendapat gelar sarjana yang selama ini diperjuangkan. Perjuangan yang tidak mudah. Perjuangan dengan peluh keringat dan tetesan air mata.
Setelah lulus dari perguruan tinggi tidak serta merta usai ujian. Akan tetapi ujian kehidupan sebenarnya baru dimulai. Tuntutan seorang sarjana yang mandiri. Berusaha untuk mencukupi kebutuhan pribadi dan bersiap untuk mencukupi kebutuhan orang lain. Maka ia mengabdikan diri sebagai pendidik di MINU Waru I di Sidoarjo. Dan pertolongan Allah kembali datang, ia keseharian dengan pendidik lainnya bernama M. Ali Ghufron. Mas Ali begitu saya memanggilnya selalu menjadi teman seperjuangan sekaligus keluarga.
Di samping itu, ia juga pernah mengajar di MI Baitur Rahman Kedurus, SMP Amanatul Ummah serta SMA Al Falah Surabaya. Di tempat yang disebutkan terakhir, mengajarkan Al-Qur’an.
Belum genap setahun, ia harus meninggalkan sekolah yang dicintainya. Ia melepas lajang dengan Anik Krisnawati pada Bulan Mei 2007. Berpasangan dengan istrinya telah dikarunia 3 amanah yakni 2 laki-laki dan 1 perempuan.
Babak baru kehidupan berumah tangga dimulai, ia harus meninggalkan Surabaya untuk hijrah ke Magetan. Tepatnya pada Bulan Juni 2007. Ia harus menemani sang istri ke tempat yang sama sekali baru.
Satu cita-cita yang belum tercapai adalah menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN). Ia sangat gigih memperjuangkan cita-cita tercebut. Tak kurang dari 7 kali ia mengikuti seleksi. Setiap kali ada pendaftaran selalu mencoba peruntungan. Tercatat pernah mengikuti seleksi di Magetan 2 kali, Tuban sekali, Surakarta sekali, dan Bojonegoro 3 kali. Akhirnya pada tes yang terakhir pada Bulan Desember 2010 di Kabupaten Bojonegoro dinyatakan lolos seleksi.
Pada bulai Januari 2011, ia ditetapkan sebagai CPNS. Alhamdulillah, cita-cita yang di inginkan tercapai. Akhirnya status baru disandangnya sebagai calon ASN.
Saat SK CPNS diterimakan ia mendapat jatah penempatan di SMKN Ngraho. Lokasi sekolah yang strategis di pinggir jalan nasional Ngawi-Bojonegoro. Setelah berstatus CPNS selama kurang lebih 18 bulan, akhirnya pada bulan Agustus 2012 diangkat menjadi PNS/ASN. ‘Penderitaan’ serasa lengkap saat itu karena ditunjuk menjadi wakil kepala sekolah bidang sarana prasana. Tanggung jawab yang tidak ringan.
Episode baru kehidupan kembali menyapa. Tepat pada Bulan April 2013, ia mendapat kesempatan untuk meneruskan pendidikan program magister di Universitas Negeri Malang (UM). Program tersebut merupakan bantuan beasiswa pendidikan dari Dinas Pendidikan Pemerintah Provinsi Jawa Timur bekerja sama dengan UM Malang.
Program Beasiswa Pendidikan tersebut juga bekerja sama dengan Yangzhou University RRC. Yakni program ‘sandwich’ yang terhitung satu semester belajar ke Negeri Panda. Tepatnya semester ketiga pada tahun 2014. Ia harus menjalani pendidikan ke luar negeri. Tercapai kembali cita-cita keluar negeri naik pesawat hehe.
Di Negeri Panda, keseharian diisi dengan kuliah dari pukul 08.00 sampai dengan pukul 12.00. Dosen disana sangat disiplin. Minimal 30 menit sebelum perkuliahan dimulai dosen sudah tiba. Sang dosen sudah menyiapkan perangkat mengajar mereka mulai dari LCD Proyektor hingga kesiapan papan tulis. Perlu dicatat hampir seluruh dosen bersemangat dalam menyampaikan ilmunya.
Mengenai perlengkapan sarana maupun prasarana perkuliahan sangat memadai. Satu hal yang menarik yakni papan tulis di Negeri Panda, bisa digeser secara vertikal dan masih menggunakan kapur tulis (waktu itu) untuk menulis.
Aktifitas menjelang sore berolahraga dengan penduduk pribumi. Mereka mengajak teman-teman mahasiswa dari Indonesia untuk latihan sepakbola. Sampai adzan maghrib berkumandang. Karena kebetulan waktu belajar di China bersamaan dengan puasa ramadhan, sehingga sesampai di asrama langsung berbuka.
Pada malam hari diisi dengan kegiatan tarawih bersama teman-teman kuliah S2/S3 dari Sudan Afrika maupun Asia Selatan yakni India dan Banglades. Biasanya dilanjutkan kultum hadits arbain secara bergantian dari mahasiswa Indonesia maupun teman mahasiswa dari Negara lain. Suasana yang sangat membahagiakan.
Jika libur kuliah kegiatan diisi dengan jalan-jalan ke pasar tradisianal ataupun shopping ke mall/supermarket bagi kaum hawa. Sekilas pasar tradisional disana kondisinya tidak jauh beda dengan pasar di Negara kita. Hanya saja pasar disana menyediakan sayuran yang ‘tampak’ ebih segar dan daging yang lebih ‘fresh’. Untuk penataan pasar lebih rapi. Itu saja yang mungkin jadi pembeda
Sungguh ironis jauh dari keluarga demi mencari ilmu. Merasakan puasa Ramadhan di negeri yang mayoritas bukan muslim. Berhari raya Idul Fitri disana. Sempat kena marah ‘security’ juga karena takbiran di asrama.
Ada sesuatu yang membuat miris di hati. Nilai mata uang rupiah di bandingkan mata uang internasional, sangat tertinggal nilainya. Dengan mata dan kepala sendiri melihatnya.
Setelah batas waktunya tiba, di akhir Agustus 2014 kembali menginjakkan kaki di bumi pertiwi. Di Negeri Indonesia tercinta.
Sebagai renungan bersama untuk urusan dunia tidak ada yang tidak mungkin. Kita harus yakin dengan cita-cita dan mimpi. Untuk kehidupan yang lebih baik. wassalam
Salam SMK Bisa-Hebat